Sunday, August 19, 2007

beda bahasa beda budaya

Methodology of urban design and urban analysis [panjang amat rek namanya !!] diselesaikan dalam waktu 3 minggu. Jadi klo dilihat dari publikasi NUS tentang MAUD, akan ada keterangan tentang three weeks Intensive Course. Nah, course yang dimaksud adalah metodologi dan analisis ini.

Dosennya professor dari prancis, namanya fansçoir decoster. Jangkung, kurus, kusut [jarang adhus ketoke], hanya 2 warna pakaiannya hitam-putih dan kombinasi keduanya dan sangat cuek [peraturan di lab: no food no drink, apalagi duren…hahaha…kayak mrt deh], lah si professor ini dengan santainya bawa kopi, dan dengan sangat cepat ditiru oleh teman2-dan saya juga tentunya. Hingga satu kali bebe menumpahkan kopi sepanjang koridor lab… kotor sekali. Baru ngarti kenapa ada peraturan itu. To keep clean.

Tugas kami adalah menerapkan metodologi dan analisis di sepanjang Singapore-river, dari zion street hingga ke Clark quay, panjang sekali, sekitar 2km.

Tahapan pertama adalah, membagi kami atas minat untuk analisis awal. Dan saya kebagian diversity and nature. Mhmmm…, asik nih. Sekelompok dengan arie-wong indo, peggy-dari china dan lili dari china, tapi udah PR di spore.

Dari awal sih, kayaknya semua akan lebih mudah, karna jelas objeknya. Hanya butuh waktu untuk mencari data ke beberapa instansi [URA] dan survey secara teliti dan mendalam.

Ternyata tidak semudah yang dibayangkan, ada beberapa kendala,
Pertama; bahasa, ya… teman kami peggy, sangat sulit berbahasa inggris, kalau pun ada kata yang dia ucapkan,sering kali beda terminologinya. Ketika dia bicara tentang water-infrastructure-pipe, lalu saya, lili dan arie langsung mbayangkan saluran air [utility], setelah debat dan diskusi dalam bahasa yang acakabul, baru ngeh klo yang dimaksud adalah nature system. Wakakakakak…wasting time bangets.
Lalu, ketika menghitung populasi, peggy menyebut century, otomatis, kami bertiga gak setuju dan bilang, ‘we don’t think that its necessary to talk about the population of singapore in one century’. Dan jebule yang dia maksud adalah country
wadoh mbak… mumet.
Akhirnya, kami membiarkan peggy menjelaskan dalam bahasa china ke lili, dan lili menterjemahkannya ke saya dan arie. Ya..make it simple

Kedua; nobody knows Singapore well, specially the site project. Kami ber-4 melihatnya dengan sudut pandang yang berbeda, karena background yang berbeda dalam melihat kota. Ya..jadi perlu buka literature supaya focus. Ini adalah sebuah keuntungan, karena semua jadi belajar lebih.

Ketiga, perbedaan istilah, seperti BCR, FAR.

Setelah pergumulan panjang 3 hari, semua group mempresentasikan kerjanya pada hari jumat kemarin. Masing2 diberi waktu 15 menit, dan kami mempresentasikannya lebih dari 30 menit. Karna pak profesornya dan teman2 masih ‘terkagum’ dengan metode kami dalam menghitung populasi dan density [FAR-BCR-Plot Ratio, dll], hehehe…salut deh buat arie, yang udah ribet dengan angka-angka.

Setelah itu, mr. fansçoir membagi kami lagi berdasarkan minat dan tema individual, dan untuk minggu ini, saya sekelompok dengan lifeng dari china dan linh dari Vietnam. It will be interesting in this week.

nb.
maap, blum ada foto juga!

3 comments:

YulibeaN said...

weeeh asik banget kayanya bu imel...hmm semoga di jepun sono seasik ini......

.:imel:. said...

hehe pasti dong Yul, sing penting kudu nekat! nekat mendesain walo gag ngarti lokasi site project na..

YulibeaN said...

hehehe...entar aku ga mendesain je...teorii terus kayaknya wakakaka