Thursday, October 25, 2007

doakan saya

Di MAUD, hal yang wajib kau miliki adalah tenggang-rasa. Jika tidak, sengsaralah kau nantinya di sepanjang masa sekolahmu.

Kok malah ngomongin sengsara dan tidak sengsara, itu kan relative ya.. okeh-lah… begini critanya.

Setelah usai masa intensive-course-nya dosen dari France itu, kami pun memasuki realita yang-sebenar-benarnya- mengenai sekolah di MAUD ini. Rutinitas modul yang kami ambil pun mulai terasa. Terjadi menumpukan tugas2 karena dosen dan kami menyesuaikannya dengan masa intensive course. Tidak punya pilihan lain selain memilih the most important-lalu-more important-lalu-important, membuat pekerjaan berurutan sesuai dengan derajat urgensi dan kepentingannya.

Salah satu module yang selalu menduduki posisi urget [the most important] adalah urban design studio. Role play-nya adalah membagi diri atas kelompok yang terdiri dari 3-4 anggota kelompok.

Saya bergabung dalam kelompok yang menekankan diri pada open-space, yang terdiri dari Takesi-san, Aby, Subhu dan saya.

Di sinilah tenggang-rasa itu kudu ada. Misalnya saya kudu tenggang rasa dengan teman saya yang terbiasa kerja kayak sapi perahan. Kerja-kerja-kerja dan kerja terus. Tidak ada waktu untuk evaluasi apalagi untuk rehat sejenak. Tidak sempat…semua kudu maju-maju-dan-maju!

Selain itu, saya juga kudu tenggang rasa dengan teman saya yang kudu didengar terus, tidak mau tau apa yang dikerjakan orang lain, yang dia tau pekerjaannya adalah yang penting dan paling layak dipresentasikan. –wadoh-. Untuk rekan kerja sejenis ini, sangat gampang bilang ‘NO’ untuk usulan desain dari orang lain TAPI menggunakan usulan desain itu dengan kalimat yang berbeda kepada dosen. Hahaha…siapa yang gag pengen mengantukkan palu ke kepala-nya dan menyilet2 pipinya dan melumurinya dengan jeruk nipis..[gerwani banget!maap!]. mungkin ini orang kudu ditatar P4 ala pendidikan Indonesia kali yaaa.. tapi saya kudu tenggang-rasa…ah..beratnya!

Yang lagi hangat di kepala saya ni, saya kudu tenggang rasa dengan tetap bekerja di hari minggu!

Masih banyak tenggang rasa yang lain seperti tenggang rasa terhadap waktu dsb.

Tidak saja hanya saya, setiap kami pasti juga bertenggang-rasa, demikian juga kelompok lain, secara kami sekelas sekitar 17 orang dari Indonesia [4], India [3], Nepal [1], Vietnam [1], Japan [1], China [3], Pilipino [1], Singaporean [3]. Sangat heterogen sekaleee….

Yang anehnya, saat tenggang-rasa sangat tebal dan sangat dinomer satukan, justru matakuliah itu sangat menyita waktu dan perhatian, bahkan jauh dibandingkan dengan mata kuliah lain.

Saya butuh waktu lebih dari 20 jam seminggu untuk mengerjakan UD Studio di luar waktu studio, sedangkan 3 mata kuliah yang lain dikerjakan disela-selanya, seakan mencuri2 waktu untuk mengerjakannya. Sedangkan hasilnya jauh lebih baik dan memuaskan dibandingkan dengan UD Studio yang sudah dengan susah payah mengerjakannya plus dengan tenggang rasa yang luar biasa lelahnya.

Sepertinya ada yang salah… apakah tenggang rasanya?

Kalau bicara tentang materinya, setiap kita bisa melihat requirements yang telah diberikan dosen. Semuanya sudah dengan sangat jelas. Dengan buku2 yang ada saya kira setiap kesulitan pasti bisa dipecahkan bersama.

Bersama?

Mhmmm….

Yang ada malah kudu tenggang-rasa yang berlebihan.

Di tengah kebingungkan akan rasa ‘sepertinya ada yang salah…apakah tenggang rasanya?’, saya mencoba memfokuskan diri kembali, dan mengerjakan sesuai dengan pikiran saya, dengan mempertimbangkan kembali apa yang sudah diputuskan secara-kelompok. Saya tidak mau berlarut2 dengan teman yang ambisius mengalahkan kelompok lain, yang tidak mau evaluasi dan hanya kerja-kerja-dan-maju-maju sajah.

Saya kudu bisa evaluasi sendiri dan memperbaiki kembali. Supaya ketika sudah sampai pada pekerjaan individual, saya tidak kelelahan dan tetap masih bisa membagi waktu dengan 3 modul yang lain.

Doakan saya ya!